Senin, 11 April 2011


di senja yang begitu merekah
gerimis hujan membasahi tanah
awan kelabu tersenyum tipis padaku
ku lihat dibalik kaca rapuh itu,
ada sesosok bayangan manis
iya, dia seorang yang aku kenal, dulu

gerimis di senja ini mengingatkanku padanya
bias – bias bayangannya di masa lalu muncul lagi dihadapanku
aku terperangah, mencoba menghindar
ku sembunyikan hatiku dibalik batu
kupendam rasa itu jauh kedalam tanah yang masih berbau gerimis
ya, aku mulai takut
aku takut tidak bisa lepas dari ilusi tentangmu
tapi, aku sadar
sebenarnya yang aku takutkan hanyalah sebuah fiktif angan tentangmu

asa ini tak kuat berjalan sendiri di penghujung sepi
mencoba berjalan diatas pecahan gerimis yang terhempas di tanah
aku melangkah menuju segala arah
tanpa kompas, tanpa penerangan
aku mulai bimbang
kenapa hati dan otak tak pernah sejalan?
hatiku ingin kamu
tapi otak ku tak ingin sakit darimu

disini, di tepian sepi
aku menatap ujung matahari yang akan pergi
di bawah tangisan sang awan
ku pejamkan mata ku yang mulai lelah ini
ku katakan pada hatiku
            ” Jika memang asa dan hati tak berjodoh, mungkin otak ini akan memberimu sebuah logika. Jika logika mu tak sesuai dengan hatimu, biarkanlah hatimu menyusuri jalan yang dipilihnya. Tapi jangan pernah kau biarkan hatimu tak bertuan. Biarkan ia tersimpan rapi sembari menunggu seseorang yang akan menyempurnakannya kelak ”

saat ku buka mata,
kini aku di malam yang berbeda
malam dimana aku bertemu dengan aku yang baru
mimpi baru
harapan baru
doa baru
dan. . .
jalan hidup baru

hey, kamu bias masa laluku
cukup disini kau mengikuti aku
pergi dan kembalilah pada tuanmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar